Sabtu, 18 Desember 2010

alkhidmah Haul Demak 2009 (2)

alkhidmah Haul Surabaya 2010

Majlis Dzikir, Maulidur Rasul SAW, Haul Akbar Singapura 2010

Majlis Dzikir, Maulidur Rasul SAW, Haul Akbar Singapura 2010

Majlis Dzikir, Maulidur Rasul SAW, haul Akbar Singapura 2010

Majlis Dzikir, Maulidur Rasul SAW, haul Akbar Singapura 2010

Sabtu, 11 Desember 2010

Pengasuh Al-Khidmah Itu Berpulang
22-08-2009 22:09
MENDUNG duka memayungi Pondok Pesantren (Ponpes) Assalafi Al Fithrah di Kedinding Lor, Surabaya. Sebab, Selasa dini hari (18/8) KH Asrori Al Ishaqi, pengasuh ponpes tersebut, meninggal dunia.
Kepergiannya tidak hanya meninggalkan duka bagi keluarga besar pondok di wilayah Kecamatan Kenjeran itu, tapi juga umat Islam dari berbagai pelosok tanah air. Terutama, Jatim.
Kabar meninggalnya Kiai Asrori tersiar begitu cepat. Sejak pagi buta, puluhan ribu jamaah dari berbagai daerah terus mengalir mendatangi rumah duka di kawasan Jalan Tanah Merah VIII, Kedinding Lor. Mereka datang memenuhi masjid dan halaman pondok untuk bertakziah atas wafatnya Kiai Asrori yang meninggal pukul 02.00.

Jamaah tersebut tidak hanya datang dari daerah di Jawa Timur. Banyak pula jamaah yang datang dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan provinsi di luar Jawa. Bahkan, tidak sedikit jamaah yang datang dari Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Puluhan ribu jamaah itu larut membaca doa-doa, tahlil, dan surat Yasin. Bahkan, banyak di antara mereka yang tidak kuasa menahan air mata atas kepergian Kiai Asrori.

Sejumlah karangan bunga duka cita juga terlihat berderet di rumah duka. Di antaranya, karangan bunga dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Menteri Agama Maftuh Basyuni, Gubernur Jatim Soekarwo, Kapolda Jatim Irjen Pol Anton Bachrul Alam, Kapolda Sumut Irjen Pol Badrodin Haiti. Karangan bunga juga datang dari jajaran muspida dan pejabat Pemkot Surabaya seperti Kapolwil Kombespol Ronny F. Sompie, Wali Kota Bambang D.H., dan Wawali Arif Afandi.

Jenazah almarhum dimakamkan di kompleks ponpes sekitar pukul 10.30. Almarhum meninggalkan seorang istri bernama Hj Sulistyowati dan lima anak (dua laki-laki dan tiga perempuan). "Beliau adalah guru kami. Santri dan masyarakat sangat merasa kehilangan," kata Wisnu Broto Heri Putranto, direktur pendidikan Ponpes Al-Fithrah.

Dia menceritakan, Kiai Asrori terkenal dengan kasih sayangnya, baik kepada santri maupun jamaah. "Sebelum meninggal, beliau sering keliling kampung untuk ngobrol dengan masyarakat, bertanya tentang keadaan mereka. Karena itu, masyarakat sangat terkesan dengan kasih sayang beliau," tutur Wisnu.

Semasa hidup, kata dia, Kiai Asrori sering berpesan agar menjaga hubungan antarsesama dan selalu melakukan silaturahmi. Dakwah Kiai Asrori juga sangat lembut sehingga diterima masyarakat luas, baik di dalam negeri maupun luar negeri seperti Singapura, Australia, Malaysia, Brunei Darussalaman, Yaman, dan Arab Saudi.

Kiai Asrori meninggal karena sakit komplikasi dan deraan kanker sejak empat tahun lalu. Empat hari sebelum mengembuskan napas terakhir, dia dirawat di RS Darmo selama empat hari. Menurut Wisnu, tidak ada wasiat khusus dari Kiai Asrori. ''Mungkin, hanya keluarga yang tahu. Kalau sepengetahuan saya, tidak ada," jelas Wisnu.

Kepastian usia Kiai Asrori saat meninggal dunia kemarin sejauh ini masih simpang siur. Namun, beberapa kerabat dan keluarga ponpes menyebut bahwa Kiai Asrori lahir pada 17 Agustus 1951. Dengan demikian, kiai itu berpulang di usia 58 tahun.

Menurut Wisnu, Ponpes Assalafi Al Fithrah didirikan sekitar 1988 atau 1989. Luas pondok itu sekitar 2,5 hektare. Di ponpes tersebut, ada 2.000 santri putra-putri. Beberapa bulan lalu, sejumlah santri terserang flu yang diduga virus flu babi. Namun, setelah dirawat, kondisi mereka berangsur pulih.

Selain memimpin Ponpes Al Fithrah, Kiai Asrori merupakan penggagas Al-Khidmah, sebuah jamaah besar yang sebagian anggotanya adalah pengamal Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Jamaah tersebut mendapat perhatian luas karena sifatnya inklusif, tidak memihak salah satu organisasi sosial mana pun.

Meski kerap dihadiri tokoh-tokoh ormas, politik, dan pejabat negara, majelis-majelis yang diselenggarakan Al-Khidmah berlangsung dalam suasana murni keagamaan tanpa muatan-muatan politis. Karena itu, pelan tapi pasti, organisasi tersebut memiliki banyak pengikut. Diperkirakan, jumlah jamaah Al-Khidmah mencapai jutaan orang. Mereka tersebar luas di beberapa provinsi di Indonesia dan mancanegara.

"Kiai Asrori adalah ulama karismatik. Pengabdiannya kepada negara dan Umat muslim tidak diragukan lagi. Tarekat yang beliau pimpin bersifat apolitis. Beliau mengutamakan pembinaan kepada masyarakat lewat jalur kultural, sosial, dan keagamaan," papar Rais Syuriah PW NU Jatim KH Miftakhul Akhyar.